Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Akibat Fenomena El Nino Diperkirakan Produksi 1,2 Juta Ton Beras Terganggu

Thursday, August 3, 2023 | August 03, 2023 WIB Last Updated 2023-08-03T09:12:00Z

 



HELOBEKASI.COM, JAKARTA - Pemerintah menaksir produksi beras akan terganggu jika fenomena El Nino datang. Setidaknya akan ada 1,2 juta ton beras yang berkurang dari total produksi 34 juta ton.

Pemerintah berupaya memastikan ketersediaan beras dalam negeri. Selain fenomena El Nino bisa berdampak pada pasokan pangan, kebijakan India yang menghentikan ekspor beras turut diantisipasi.

Kemarin (2/8) Presiden Joko Widodo menggelar rapat terbatas (ratas) dengan para menteri untuk membahas secara khusus persoalan tersebut.

"Kemungkinan kekurangan (stok beras) atau produksi yang terimbas dari El Nino sekitar 300 ribu ton sampai 1,2 ton kita bisa siapkan," kata Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo usai rapat terbatas mengenai El Nino yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menjelaskan, melalui rapat itu, presiden ingin mengecek ketersediaan dan keterjangkauan beras dalam negeri.

Dari data yang dimiliki pemerintah, cadangan beras aman hingga Desember mendatang. Namun, Kementan kemudian melakukan kurasi dengan meneliti lebih lanjut. ’’Sampai September kita masih punya overstok 2,7 juta ton beras,’’ katanya di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta.

Setiap bulan, kata dia, dari 800 ribu hektare sawah dapat menghasilkan 2 juta ton beras. Itu cukup untuk memenuhi konsumsi bulanan tanah air. 

Namun, untuk antisipasi El Nino, pemerintah perlu menyiapkan cadangan beras terutama saat musim tanam. Yang dikhawatirkan justru pada kurun Oktober hingga Desember. Menurut Syahrul, tiga bulan tersebut adalah masa-masa menanam. Jadi, cadangan beras bisa turun.

Fenomena El Nino membuat curah hujan sedikit dan berisiko terjadi kekeringan. Kondisi itu tentu membuat produktivitas hasil pertanian menurun. 

’’Kami akan siapkan 500 ribu hektare untuk antisipasi El Nino,’’ ucapnya.

Berdasar perkiraan, dampak El Nino bisa mengurangi produksi beras 300 ribu ton sampai 1,2 juta ton. Kekurangan produksi itu akan disiasati Kementan. Menurut Syahrul, dalam kunjungannya ke beberapa daerah, pihaknya melihat kesiapan lahan untuk ditanami padi sebagai persediaan dampak El Nino.

Sementara itu, Kepala Bulog Budi Waseso yang ditemui setelah ratas menyebutkan, pihaknya memiliki stok 1,3 juta ton beras. Untuk mencukupi pasokan, Bulog akan mendatangkan beras dari beberapa negara seperti Vietnam, Pakistan, dan Thailand. Lelang sudah dilakukan dan tinggal menunggu barang.

Di sisi lain, Suplai beras global terancam menyusul negara-negara penghasil membatasi, bahkan menghentikan ekspornya. Salah satunya, India. Sejak 20 Juli lalu, India melarang ekspor beras putih nonbasmati untuk menekan kenaikan harga beras domestik di dalam negeri.

Selama setahun terakhir, India telah bergulat dengan inflasi pangan. Harga beras dalam negeri meningkat lebih dari 30 persen sejak Oktober lalu. Itu mengakibatkan meningkatnya tekanan politik terhadap pemerintah menjelang pemilihan umum tahun depan.

”Saya menduga bahwa tindakan untuk melarang ekspor beras nonbasmati, sebagian besar bersifat pencegahan dan mudah-mudahan ini hanya sementara,” ujar Joseph Glauber dari Institut Riset Kebijakan Pangan Internasional (IFPRI).

India adalah pengekspor beras utama dunia. Tahun lalu mereka menyumbang sekitar 40 persen dari perdagangan global yang mencapai total 55,4 juta metrik ton. Dari jumlah itu, sebanyak 22,2 juta metrik ton berasal dari India. Jauh lebih banyak dibandingkan pengiriman gabungan empat negara pengekspor utama lainnya, yaitu Thailand, Vietnam, Pakistan, dan AS.

Tahun lalu India mengekspor 22,2 juta ton besar ke 140 negara. Dari jumlah itu, sekitar 6 juta ton adalah beras putih Indica yang relatif lebih murah. Beras putih Indica mendominasi sekitar 70 persen perdagangan global.

Karena itulah, keputusan penghentian ekspor beras India menimbulkan kepanikan di negara-negara pengimpor.***

×
Berita Terbaru Update